Cari Blog Ini

11.27.2010

1000 persons embrace islam in one day what they find in ISLAM

David embraces Islam, family reaction

Proving 9/11 wasn't done by Muslims

What Scientists Said About Quran !!!A MUST SEE 4 EVERYONE!!!

Science students in america convert to islam

"Pseudo gangster"cries when listening to Quran - A German Convert to Islam

" THE QURAN (KORAN) convinced me!" - German/Russian CONVERT TO ISLAM

WE chose ISLAM ! - Famous Converts to ISLAM -

Islam - Yusuf Islam / Cat Stevens 1/6 - Imagine

CNN - Muslim converts after 911

TV Report: 40,000 Hispanics in America converted to ISLAM after 9/11

NBC NEWS 20.000 Americans convert to Islam each Year

Hamza young american convert to islam crying when performing hajj

Beautiful Recitation, People Crying - Must See - will surely shed your t...

2 year old Muslim Girl answers Questions on Islam



Subhaanallaah..............
Semoga kita bisa mendidik anak-anak kita sehingga mampu mengenal hidup ini secara keseluruhan
Tau dan paham akan ke-Esa-an Allah

11.26.2010

Do'a Nenek Obama di Mekkah


Presiden Obama bersama sang nenek tercinta
TEMPO Interaktif (Jum'at, 26 November 2010 | 10:32 WIB), Riyad - Nenek Presiden Amerika Serikat Barack Obama dari ayahnya, Hajah Omar melaksanakan ibadah haji tahun ini. Dia berangkat dari Kenya bersama lima anggota keluarganya. Di tanah suci dia memanjatkan doa agar Obama memeluk Islam.

"Saya berdoa untuk cucuku Barack, agar dia memeluk Islam," ujar Hajah Sarah Omar, 88 tahun, ketika diwawancarai oleh koran Al-Watan di Jedah usai menjalankan rukun haji, Kamis (25/11).

Koran tersebut dalam laporannya mewartakan, Hajah Omar berada di Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji bersama paman Obama yaitu Saeed Hussein Obama dan empat cucunya. Mereka menjadi tamu Pelayan Dua Masjid Suci Raja Abdullah.Dalam pernyataanya kepada koran tersebut Hajah Omar mengatakan bahwa dirinya hanya bisa berbicara soal ritual ibadah haji dan tak dapat berkomentar masalah politik yang dilakukan Obama."Saya sangat takjub dan teringat kembali apa yang diceritakan oleh guru saya saat di sekolah dasar. Dia dulu pernah bercerita soal Mekah dan Madina ketika saya masih bocah," kata Hajah Omar yang berasal dari Desa Koglilu, Kenya barat.

Ketika ditanya soal kemungkinan Obama menjadi presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya, Hajah yang ditemani Saeed Obama dan cucu-cucunya menjawab, "Hanya Allah yang tahu, masa depan tidak ada yang tahu."Selain berdoa untuk Presiden Obama, Hajah juga memanjatkan keinginan agar Pelayan Dua Masjid Suci Raja Abdullah segera sembuh dari penyakitnya.Kehadiran Hajah bersama putra dan cucu-cucunya di Arab Saudi mendapat sambutan luar biasa dari Kerajaan. Pangeran Mamdouh menjadi tuan rumah langsung dalam jamuan makan malam bagi mereka d Istananya di Jedah, Rabu (24/11).

Faisal Ambuya, salah satu sepupu Obama, mengatakan "Nenek saya sangat berminat mendoakan umat nonMuslim menjadi Muslim dan saya belajar tentang Islam dari beliau.""Saat saya kembali ke kampung, saya akan sampaikan kepada warga desa tentang kekuatan Islam," ujarnya.Paman Obama mengaku terus terang bahwa dirinya tak pernah berpikir sanggup menunaikan ibadah haji tahun ini. "Saya sangat bersyukur, sebab saya dapat melaksakan ibadah haji. Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah dan terima kasih untuk Raja Abdullah yang bersedia menyambut kami."

Touching True Story Of One Eyed Mother and Son



Ibu adalah sosok yang selalu ada dalam hidup setiap insan.
Sehebat apapun mereka, sekaya apapun mereka, mereka juga lahir dari rahim "ibu".
Namun demikian, dunia yang penuh dengan gemerlap duniawi ini sering membuat mereka lalai,
bahwa sesungguhnya mereka tak kan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu.
Tak sedikit orang yang malu mengakui ibu sebagai ibu mereka.
Tak sedikit dari mereka yang tak mengasihi dan menyayangi ibu mereka.
Padahal......
sewaktu kecil, kita hampir tak pernah ditinggalkan oleh ibu kita,
terlebih lagi ketika kita sakit,
siang dan malam ibu akan menjaga kita,
rasa kantuk dan capek tidak dihiraukan lagi,
semua hanya untuk kita.
Tapi...........
apa balasan kita?
sudahkah kita membuat beliau bahagia?
sudahkah kita menyayangi ibu kita dengan setulus hati kita?
Mari.........
mari kita tanya kepada hati kita masing-masing,
apakah kita sudah menjalankan kewajiban kita sebagai seorang anak?
sudahkah ibu kita mendapatkan hak sebagai seorang ibu?
Memang benar bahwa........................
ibu tidak akan pernah menuntut,
ibu tak akan pernah meminta,
bahkan..............
jika memang terpaksa,
ibu menggunakan kata yang paling halus, "meminjam"
Namun.............................
sadarkah kita?
bahwa ibu berhak atas harta dari keringat kita,
bahwa tak akan pernah ada istilah "pinjam-meminjam" yang diucapkan oleh seorang ibu kepada anaknya,
Jika hal itu terjadi, jelaslah bahwa kita bukan anak yang baik,
kita jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim,
kita jauh dari menyayangi ibu kita.

nau'uudzubillaah min dzaalik
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita,
menuju ridhoNYA dan surgaNYA.

Amiin.

HEART TOUCHING STORY - Shaykh Mahmoud 'Al-'Ammar' Al-Masry - Do You Dese...



Semoga kita selalu ingat akan kebesaran Allah.
Hanya kepadaNYA kita bergantung.
Hanya kepadaNYA kita kembali.
Tak akan terjadi sesuatu sekecil apapun tanpa ijinNYA.
Jika DIA berkata "kun!", maka tak akan ada yang bisa menghalangi terjadinya sesuatu itu.
Jauhkan diri kita dari sifat takabur, riya, sum'ah dan segala penyakit hati lainnya.
Ingatlah bahwa semua adalah milikNYA.
Semua tak ada yang abadi kecuali yang ada di sisiNYA.
Semoga kita bisa bertemu di surgaNYA yang penuh rahmah.
Semoga DIA selalu menjaga kita dari hal-hal yang dapat membuat kita jauh dariNYA.
Marilah kita senantiasa memperingatkan agar tak berjalan serong.
Marilah kita bersatu untuk meraih ridhoNYA.
Sedini mungkin,
mari kita kembali ke jalanNYA.

11.11.2010

Selalu Ada Kemudahan Setelah Kesulitan

SURAH AL-INSYIRAH

“KELAPANGAN”

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dari Surah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.

أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?

Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrih berarti pemotongan.

Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.

Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.

Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.

وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ

2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,

Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

3. Yang telah memberatkan unggungmu?

Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita.

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?

Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.

Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.

Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.

Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ

7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!

Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!

Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.[]


11.04.2010

Menyikapi Tahun yang Penuh Gempa Bumi dan Bencana

بسم الله الرحمن الرحيم

Oleh: Asy Syaikh Abdul Aziz Bin Baz

Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam tetap terlimpah kepada Rasulullah, keluarganya, shahabat-shahabatnya dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau. Amma ba’du:

Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui dengan semua perkara yang telah Allah tetapkan dan takdirkan. Sebagaimana pula Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui dengan semua apa-apa yang telah Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya dan apa-apa yang telah Allah perintahkan kapada mereka.

Dan Allah menciptakan segala sesuatu yang Allah kehendaki dari tanda-tanda kekuasaannya (di antaranya dengan terjadinya genpa bumi dan bencana yang lainnya). Allah mentakdirkan terjadinya gempa bumi dan bencana yang lainnya dalam rangka untuk menakuti hamba-hamba- Nya, dan dalam rangka memperingatkan mereka atas apa-apa yang telah Allah wajibkan kepada mereka dari hak-hak Allah (yang kebanyakan mereka tidak menunaikannya), dan dalam rangka memperingatkan mereka dari perbuatan syirik kepada Allah (yang banyak mereka lakukan) dan sebagai peringatan dari perbuatan menyelisihi perintahnya.
Demikian pula Allah takdirkan terjadinya gempa bumi dan berbagai macam musibah/bencana yang lainnya dalam rangka memperingatkan hamba-hamba-Nya karena mereka terus menerus menjalankan hal-hal yang dilarang Allah. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya):

Dan tidaklah kami mengirimkan tanda-tanda itu kecuali dalam rangka untuk menakuti(Al- Isra: 60)

Dan firman Allah (yang artinya):

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami dari segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri. Sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an adalah haq. Dan apakah Rabb mu tidak cukup bagi kamu, bahwasanya Dia menyaksikan segala sesuatu ?(Q.S. Fushilat: 53).

Dan firman Allah Ta’ala (artinya):

Katakanlah Dialah (Allah) yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian, atau dari bawah kaki-kaki kalian, atau Dia mencampurkan kalian dalam golongan-golongan dan merasakan kepada sebagian kalian kekuatan/ keganasan sebagian yang lain(QS. Al An’am: 65)

Imam Bukhari telah meriwayatkan dalam kitab shahihnya dari Jabir bin ‘Abdillah dari Nabi bahwasanya beliau telah berkata, ketika turun firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Katakanlah: Dialah (Allah) yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian. Berkata Rosulullah (artinya): (ya Allah) aku berlindung dengan wajah Engkau.

Abu Syaikh Al Ashbahany telah meriwatkan dari mujahid tentang tafsir ayat ini (artinya): “Katakanlah: Dialah (Allah) yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian dari atas kalian: “Berkata mujahid (dikirimkan kepada kalian suara yang mengguntur/menggelegar, batu- batu dan angin.” Atau adzab dari bawah kaki-kaki kalian: “Berkata Mujahid: (terjadinya) gempa bumi dan musibah tenggelam.

Dan merupakan suatu hal yang tidak diragukan lagi, bahwasanya semua yang diakibatkan dari terjadinya gempa-gempa bumi pada hari-hari terakhir ini di berbagai/banyak tempat/penjuru, itu merupakan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang dengan tanda-tanda tersebut Allah menakuti hamba-hambaNya.
Dan semua yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya gempa-gempa bumi atau bencana yang lainnya, yang semua itu mengakibatlan kemudhorotan bagi hamba-hamba Allah dan menyebabkan berbagai macam kemelaratan, kasakitan, kematian, penderitaan bagi mereka, semua itu terjadi karena disebabkan perbuatan syirik dan maksiat yang mereka lakukan.

Hal ini sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan (artinya):

Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka itu karena disebabkan perbuatan tangan- tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)(QS. Asy Syura: 30).

Dan firman Allah (artinya):

Kebaikan/nikmat apa saja yang kamu peroleh, maka itu semua datangnya dari Allah. Dan kejelekan/musibah apa saja yang menimpamu, maka itu semua dari (kesalahan/dosa) dirimu sendiri(QS. An Nisa: 79).

Dan firman Allah (artinya):

Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab karena disebabkan dosanya. Maka diantara mereka ada yang Kami timpakan hujan batu kepadanya, dan diantara mereka ada yang kami siksa deangan suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan kedalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah tidaklah sekali-kali hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri-diri mereka sendiri(QS. Al Ankabut: 40)

Maka merupakan kewajiban atas semua orang yang telah Allah bebankan syari’at (mukallaf) dari kalangan kaum muslimin, untuk segera bertaubat kepada Allah, dan berpegang teguh dengan agamanya. Dan wajib bagi mereka untuk memperingatkan/menjauhi/meninggalkan dari setiap yang dilarang oleh Allah berupa perbuatan syirik dan perbuatan maksiat. Sehingga dengan itu semua akan mendatangkan keselamatan dan keberuntungan bagi mereka dari berbagai macam keburukan/bencana di dunia dan akhirat.
Dan sehingga dengan sebab itu pula, Allah akan mengangkat/menghilangkan semua musibah dan bencana dari mereka, serta memberikan karunia kapada mereka dengan berbagai kebaikan/nikmat. Hal ini sebagai firman Allah (artinya):

kalau sekiranya penduduk suatu negeri itu mereka beriman dan bertakwa, kami pasti akan membukakan /melimpahkan kepada mereka barokah-barokah dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka kami siksa mereka disebabakan perbuatan yang mereka lakukan.(QS. Al A’raf: 96).

Dan firman Allah (artinya):

Kalau sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan hukum taurat dan injil, dan menjalankan apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapatkan makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki-kaki mereka.(QS. Al Maidah: 66).

Dan firman Allah (artinya):

Maka apakah penduduk suatu negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan kami kepada mereka dimalam hari diwaktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk suatu negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan kami kepada mereka di waktu dhuha yang ketika itu mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab/siksaan Allah (yang datangnya tidak terduga-duga)? Maka tidaklah ada yang merasa aman dari adzab/siksaan Allah kecuali orang-orang yang merugi.(QS. Al A’raf: 97-99)

Dan telah berkata Al ‘Allamah Ibnul Qoyyim:

“Terkadang pada sebagian waktu Allah mengijinkan bagi bumi untuk “bernafas”. Maka terjadilah di atas muka bumi itu gempa yang dahsyat. Maka gempa tersebut menyebabkan terjadinya kekhawatiran dan ketakutan yang besar bagi hamba-hamba Allah, (sehingga mereka karena sebab terjadinya gempa tersebut) kembali ke jalan Allah, meninggalkan diri dari perbuatan maksiat, tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah, dan menyesal (atas semua dosa yang telah dilakukan).

Sebagaimana telah berkata sebagian salaf ketika bumi digoncangkan (terjadi gempa):
”Sesungguhnya Rabb kalian telah menggoncangkan kalian dengan goncangan yang keras.”
Dan telah berkata ‘Umar bin Khotthob ketika terjadi gempa di Madinah, maka beliau berkhutbah di hadapan manusia dan menasehati mereka.
(Selesai perkataan Al ‘Allamah Ibnul Qoyyim Rahimahullah).
Maka merupakan kewajiban yang harus dilakukan ketika terjadinya gempa-gempa bumi dan bencana-bencana yang lainnya dari sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, juga ketika terjadi gerhana dan angin yang kuat untuk segera bertaubat kepada Allah, tunduk menyerahkan diri kepada Allah, dan meminta keselamatan padaNya.

Demikian pula dengan mamperbanyak dzikir kepada Allah dan memperbanyak istighfar kepadaNya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah ketika terjadi gerhana:

Jika kalian melihat/mengalami yang demikian (gerhana gempa dan bencana yang lainnya), takutlah dan rendahkanlah diri-diri kalian kepada Allah dengan berdzikir kepadaNya, berdo’a dan beristighfar kepada-Nya”.

Dan disukai juga ketika terjadinya bencana untuk mengasihi orang-orang faqir dan orang-orang miskin serta bersedekah kepada mereka.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi (artinya):
Saling mengasihilah di antara kalian, niscaya kalian akan dikasihi. Orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Ar Rahman (Allah). Saling mengasihilah di antara kalian kepada orang-orang dimuka bumi ini, niscaya kalian akan dikasihi oleh yang ada di atas langit.” Dan sabda Nabi (artinya): ”Siapa yang tidak mengasihi/menyayangi, dia tidak akan dikasihi (oleh Allah).

Dan telah diriwayatkan dari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, bahwasanya beliau dahulu pernah menulis perintah kepada para pembantu-pembantunya ketika terjadinya gempa bumi agar mereka bersedekah.
Dan termasuk dari sebab-sebab yang bisa mendatangkan keamanan/ ketentraman dan keselamatan dari segala keburukan, yaitu bersegeranya pihak pemerintah untuk memperhatikan dan membantu orang-orang yang lemah, berpegang teguh dengan al haq, berhukum dengan apa-apa yang disyari’atkan Allah dan senantiasa menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya):

Orang-orang mu’min yang laki-laki dan perempuan sebagaimana mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan dengan perkara kebaikan dan melarang dari perbuatan yang munkar, mereka menegakkan shalat dan menunaikan zakat dan mereka mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S. At Taubah: 71).

Dan firman Allah (yang artinya):

Sesungguhnya Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama) Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Yaitu orang-orang yang Kami teguhkan/ kokohkan kedudukan mereka di atas muka bumi, mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Dan hanya kepada Allahlah kembalinya segala perkara. (Q.S. Al Haj: 40-41).

Dan firman Allah (yang artinya):

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangkanya.(Q.S. Ath Thalaq: 2-3).

Dan banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan dengan makna ini.
Dan Nabi telah bersabda (yang artinya);

Barang siapa yang meringankan/menanggung hajat (kebutuhan) saudaranya, maka Allah akan menanggung kebutuhannya. (Muttafaqun alaihi)

Dan sabda beliau (yang artinya):

Barang siapa yang menghilangkan kesusahan seorang mu’min dari kesusahan-kesusahan dunia, Allah akan menghilangkan darinya kesusahan dari kesusahan- kesusahan pada hari kiamat.” Dan barang siapa yang memberi kemudahan kepada seorang yang sedang mengalami kesulitan, Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akherat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim didalam kitab shahihnya)

Hadits-hadits yang berkaitan dengan makna ini banyak sekali.
Dan Allahlah dzat tempat untuk meminta, agar Allah memperbaiki keadaaan kaum muslimin semuanya, memberikan karunia kepada mereka dengan kefaqihan dalam agama-Nya dan memberikan karunia kepada mereka pula dengan keistiqomahan di atas agama-Nya. Dan agar Allah memberikan karunia-Nya kepada kaum muslimin dengan taubat kepada-Nya dari segala perbuatan dosa-dosa dan agar Allah memperbaiki keadaan pemerintah kaum muslimin semua, menolong/menegakkan al haq dan menghancurkan kebatilan melalui mereka.

Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada pemerintah kaum muslimin untuk berhukum dengan syari’at- syari’atnya kepada para hamba-Nya. Dan semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum muslimin dari gelapnya fitnah-fitnah dan penyimpangan-penyimpangan/tipu daya syaithon.
Sesungguhnya Allah Maha Penolong dari perkara yang demikian lagi maha berkuasa atasnya.
Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, para keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir.

Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Kitab Asilah Al Muhimmah. Sumber: Buletin Dakwah Al Atsary, Semarang Edisi 15/1427H. http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/02/16/menyikapi-tahun-yang-penuh-gempa-bumi-dan-bencana/

Nasehat Ulama: Di Balik Musibah Gempa Bumi

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau. Amma ba’du:

Gempa Bumi, Di Antara Tanda Kekuasaan Allah[1]

Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua yang dilaksanakan dan ditetapkan. Sebagaimana juga Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui terhadap semua syari’at dan semua yang diperintahkan. Allah menciptakan berbagai tanda-tanda kekuasaan-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Dia pun menetapkannya untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Dengan tanda-tanda tersebut, Allah mengingatkan kewajiban hamba-hamba-Nya, yang menjadi hak Allah ‘azza wa Jalla. Hal ini untuk mengingatkan para hamba dari perbuatan syirik dan melanggar perintah serta melakukan yang dilarang.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا

“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (Qs. Al-Israa: 59)
Allah Ta’ala juga berfirman,

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu), bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (Qs. Fushilat: 53)
Allah Ta’ala pun berfirman,

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ

“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Dia (Allah) Maha Berkuasa untuk mengirimkan adzab kepada kalian, dari atas kalian atau dari bawah kaki kalian, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan), dan merasakan kepada sebagian kalian keganasan sebahagian yang lain.” (Qs. Al-An’am: 65)

Imam Bukhari meriwayatkan di dalam kitab shahihnya, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala turun firman Allah Ta’ala dalam surat Al An’am [قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ], beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: “Aku berlindung dengan wajah-Mu.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan (membaca) [أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ], beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a lagi, “Aku berlindung dengan wajah-Mu.” [2]

Diriwayatkan oleh Abu Syaikh Al Ash-bahani, dari Mujahid tentang tafsir surat Al An’am ayat 65 [قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ], beliau mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah halilintar, hujan batu dan angin topan. Sedangkan firman Allah [أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ], yang dimaksudkan adalah gempa dan tanah longsor.

Jelaslah, bahwa musibah-musibah yang terjadi pada masa-masa ini di berbagai tempat termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah guna menakut-nakuti para hamba-Nya.

Musibah Datang Dikarenakan Kesyirikan dan Maksiat yang Diperbuat
(Perlu diketahui), semua musibah yang terjadi di alam ini, berupa gempa dan musibah lainnya yang menimbulkan bahaya bagi para hamba serta menimbulkan berbagai macam penderitaan, itu semua disebabkan oleh perbuatan syirik dan maksiat yang diperbuat. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30)
Allah Ta’ala juga berfirman,

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ

“Nikmat apapun yang kamu terima, maka itu dari Allah, dan bencana apa saja yang menimpamu, maka itu karena (kesalahan) dirimu sendiri.” (Qs. An-Nisaa: 79)
Allah Ta’ala menceritakan tentang umat-umat terdahulu,

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu krikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur (halilintar), dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Qs. Al-Ankabut: 40)

Kembali pada Allah Sebab Terlepas dari Musibah
Oleh karena itu, wajib bagi setiap kaum muslimin yang telah dibebani syari’at dan kaum muslimin lainnya, agar bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla, konsisten di atas agama, serta menjauhi larangan Allah yaitu kesyirikan dan maksiat. Sehingga dengan demikian, mereka akan selamat dari seluruh bahaya di dunia maupun di akhirat. Allah pun akan menghindarkan dari mereka berbagai adzab, dan menganugrahkan kepada mereka berbagai kebaikan. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raaf: 96)
Allah Ta’ala pun mengatakan tentang Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani),

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabb-nya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (Qs. Al-Maidah: 66)
Allah Ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ, أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ, أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Qs. Al-A’raaf: 97-99)

Perkataan Para Salaf Ketika Terjadi Gempa
Al ‘Allaamah Ibnul Qayyim –rahimahullah- mengatakan, “Pada sebagian waktu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan izin kepada bumi untuk bernafas, lalu terjadilah gempa yang dahsyat. Akhirnya, muncullah rasa takut yang mencekam pada hamba-hamba Allah. Ini semua sebagai peringatan agar mereka bersegera bertaubat, berhenti dari berbuat maksiat, tunduk kepada Allah dan menyesal atas dosa-dosa yang selama ini diperbuat. Sebagian salaf mengatakan ketika terjadi goncangan yang dahsyat, “Sesungguhnya Allah mencela kalian.” ‘Umar bin Khatthab -radhiyallahu ‘anhu-, pasca gemba di Madinah langsung menyampaikan khutbah dan wejangan. ‘Umar -radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Jika terjadi gempa lagi, janganlah kalian tinggal di kota ini.” Demikian yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim -rahimahullah-. Para salaf memiliki perkataan yang banyak mengenai kejadian semacam ini.

Bersegera Bertaubat dan Memohon Ampun pada Allah
Saat terjadi gempa atau bencana lain seperti gerhana, angin ribut dan banjir, hendaklah setiap orang bersegera bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala, merendahkan diri kepada-Nya dan memohon keselamatan dari-Nya, memperbanyak dzikir dan istighfar (memohon ampunan pada Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana bersabda, “Jika kalian melihat gerhana, maka bersegeralah berdzikir kepada Allah, memperbanyak do’a dan bacaan istighfar.”[3]

Dianjurkan Memperbanyak Sedekah dan Menolong Fakir Miskin
Begitu pula ketika terjadi musibah semacam itu, dianjurkan untuk menyayangi fakir miskin dan memberi sedekah kepada mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ارْحَمُوا تُرْحَمُوا

“Sayangilah (saudara kalian), maka kalian akan disayangi.”[4]
Juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

“Orang yang menebar kasih sayang akan disayang oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah yang di muka bumi, kalian pasti akan disayangi oleh Allah yang berada di atas langit.”[5]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لاَ يَرْحَمُ لاَ يُرْحَمُ

“Orang yang tidak memiliki kasih sayang, pasti tidak akan disayang.”[6]

Diriwayatkan dari ‘Umar bin Abdul Aziz –rahimahullah- bahwasanya saat terjadi gempa, beliau menulis surat kepada pemerintahan daerah bawahannya agar memperbanyak shadaqah.

Yang Mesti Diperintahkan Pemimpin Kaum Muslimin kepada Rakyatnya
Di antara sebab terselamatkan dari berbagai kejelekan adalah hendakanya pemimpin kaum muslimin bersegera memerintahkan pada rakyat bawahannya agar berpegang teguh pada kebenaran, kembali berhukum dengan syari’at Allah, juga hendaklah mereka menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijakasana.” (Qs. At-Taubah: 71)
Allah Ta’ala berfirman,

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ, الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar ; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Qs. Al-Hajj : 40-41)
Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath-Thalaaq: 2-3)
Ayat-ayat semacam ini amatlah banyak.

Anjuran untuk Menolong Kaum Muslimin yang Tertimpa Musibah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

“Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah akan selalu menolongnya.”[7]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

“Barangsiapa yang membebaskan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan akhirat. Barangsiapa memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, maka Allah akan memudahkan dia di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya.”[8]
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya.

Hadits-hadits yang mendorong untuk menolong sesama amatlah banyak.
Hanya kepada Allah kita memohon agar memperbaiki kondisi kaum Musimin, memberikan pemahaman agama, menganugrahkan keistiqomahan dalam agama, dan segera bertaubat kepada Allah dari setiap dosa. Semoga Allah memperbaiki kondisi para penguasa kaum Muslimin. Semoga Allah menolong dalam memperjuangkan kebenaran dan menghinakan kebathilan melalui para penguasa tersebut. Semoga Allah membimbing para penguasa tadi untuk menerapkan syari’at Allah bagi para hamba-Nya. Semoga Allah melindungi mereka dan seluruh kaum Muslimin dari berbagai cobaan dan jebakan setan. Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk hal itu.
Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan baik hingga hari pembalasan.
Mufti ‘Aam Kerajaan Saudi ArabiaKetua Hai-ah Kibaril ‘Ulama’, Penelitian Ilmiah dan Fatwa‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz[9]
Sumber: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/148-152, Majmu’ Fatawa wa Maqolaat Mutanawwi’ah Li Samahah As Syaikh Ibnu Baz, Mawqi’ Al Ifta’ (http://alifta.net)
Panggang, 14 Syawwal 1430 H
***
Footnote:
[1] Yang mengalami tanda kurung semacam ini “[…]” di awal paragraf adalah tambahan judul dari penerjemah untuk memudahkan pembaca dalam memahami tulisan.
[2] Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Tafsir Al Qur’an no. 4262 dan At Tirmidzi dalam Tafsir Al Qur’an no. 2991
[3] Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Jumu’ah no. 999 dan Muslim dalam Al Kusuf no. 1518
[4] Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya no. 6255.
[5] Diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Al Birr wash Shilah no. 1847.
[6] Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 5538 dan At Tirmidzi dalam Al Birr wash Shilah no. 1834.
[7] Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Mazholim dan Al Ghodhob no. 2262 dan Muslim no. 4677 dengan lafazh yang disepakati oleh keduanya.
[8] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Adz Dzikr, Ad Du’aa dan At Taubah no. 4867 dan At Tirmidzi dalam Al Birr wash Shilah no. 1853.
[9] Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz lahir pada tahun 1330 H di kota Riyadh. Dulunya beliau memiliki penglihatan. Kemudian beliau tertimpa penyakit pada matanya pada tahun 1346 H dan akhirnya lemahlah penglihatannya. Pada tahun 1350 H, beliau buta total. Beliau telah menghafalkan Al Qur’an sebelum baligh. Beliau sangat perhatian dengan hadits dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu tersebut. Beliau pernah menjabat sebagai Mufti ‘Aam Kerajaan Saudi Arabia dan Ketua Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (Komisi Fatwa di Saudi Arabia). Beliau meninggal dunia pada hari Kamis, 27/1/1420 H pada umur 89 tahun. (Sumber: http://alifta.net/Fatawa/MoftyDetails.aspx?ID=2)

11.02.2010

Khasiat Pepaya

oleh: Merry Wahyuningsih

Jakarta, Selama ini orang sudah tahu bahwa buah pepaya sangat baik untuk kesehatan. Tetapi kebanyakan orang mengenal yang bermanfaat dari pepaya adalah daging buah saja. Padahal kulit, daun dan biji pepaya juga bisa dimakan dan bergizi.

Pepaya telah lama dikenal untuk manfaat kesehatan. Pada tahun 1875, dokter Inggris TP Lucas, memulai sebuah rumah sakit di Brisbane, Australia, yang mengobati pasien dengan pepaya.

Pepaya mengandung papain (enzim hidrolase sistein protease) yang dapat membantu dalam pencernaan dengan memecah protein. Pepaya merupakan sumber serat yang baik, folat, vitamin A, karotenoid, lutein, lycopene dan asam amino esensial yang mempengaruhi fungsi sel yang tepat.

Selain itu, pepaya memiliki vitamin E empat kali lebih banyak, 33 persen vitamin C lebih banyak, 50 persen kalium lebih banyak dan kalori lebih sedikit daripada jeruk.

Bagian yang penting dari pepaya bukan hanya daging buahnya saja. Biji, kulit kayu, daun serta kulit buahnya juga mengandung unsur yang tidak hanya bergizi, tetapi memiliki sifat terapeutik (berkhasit untuk terapi).

Dilansir Livestrong, Selasa (2/11/2010), berikut manfaat dari kulit, daun dan biji pepaya:

Kulit pepaya
Sama seperti daging buahnya, kulit pepaya juga bisa dimakan. Kulit pepaya memiliki banyak manfaat nutrisi, tetapi hanya kulit pepaya yang tumbuh secara organik tanpa bahan kimia dan residu pestisida.

Masyarakat Papua Nugini tidak hanya makan kulit pepaya, namun menggunakan sifat penyembuhannya yang ampuh untuk mengobati ruam dan terbakar sinar matahari, serta untuk menghilangkan noda-noda hitam karena penuaan.

Daun pepaya
Daun mungkin merupakan bagian paling menguntungkan dari pepaya untuk penggunaan terapi. Ada bukti bahwa pepaya memiliki efek antikanker terhadap tumor, termasuk kanker payudara, leher rahim, hati, paru-paru dan pankreas.

Para peneliti di University of Florida menggunakan ekstrak daun pepaya kering untuk menemukan efek dramatis pepaya terhadap 10 jenis tumor. Penduduk asli di Australia juga telah berhasil menggunakan ekstrak daun pepaya untuk mengendalikan kanker tanpa toksisitas.

Biji pepaya
Selama berabad-abad, akar dan biji pepaya digunakan untuk membuat teh, yang berkhasiat untuk mengusir parasit, mengurangi perdarahan, kolik ginjal dan
penyakit kuning.

Sekitar 20 biji pepaya mengandung protein yang sangat mudah dicerna, bisa dikunyah atau ditelan untuk menghilangkan sebagian besar parasit.

Sebuah studi dari Nigeria dan diterbitkan dalam Journal of Medicinal Food menemukan bahwa biji pepaya kering adalah pengobatan yang efektif murah, alami dan banyak tersedia untuk parasit usus manusia tanpa efek samping yang signifikan.


Source: detik.com